A Little Crusade In This Bland Old Country
#1: How Short Messages Can Change Your (or a Swindler's) LifeDikutip dari entri seorang teman di Celestine:
Dua hari yang lalu gw ketemu dengan salah seorang AFI (Akademi Fantasi Indosiar). Selain lepas kangen gw juga dapat cerita seru dari kehidupan mereka.
Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung atau ketika nongol di teve, kehidupan artis AFI sangat memprihatinkan. Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang ratusan juta rupiah. Pasalnya, orang tua mereka ngutang ke sana-sini buat menggenjot sms putera-puteri mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu pun kemenangan AFI itu yang berasal dari pilihan publik. Kemenangan mereka ditentukan seberapa besar orang tua mereka anggup menghabiskan uang untuk sms. Orang tua Alfin dan Bojes abis 1 M. Namun mereka orang kaya, biarin aja.
Yang kasian mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI 005) yang tereliminasi di minggu-minggu awal kini punya utang 250 juta. Dia sekarang hidup di sebuah kos sederhana di depan Indosiar. Kosnya emang sedikit mahal RP 500.000. Namun itu dipilih karena pertimbangan hemat ongkos transportasi. Kos itu sederhana (masih bagusan kos gw gitu loh), bahkan kamar mandi pun di luar. Makannya sekali sehari.. Makan dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada dugem dan kehidupan glamor, lha makan aja susah.
Ada banyak yang seperti Fibri. Sebut saja intan, Nana, Yuke, Eki, dll.
Mereka terikat kontrak ekslusif dengan manajemen Indosiar. Jadi, kaga bisa cari job di luar Indosiar. Bayaran di Indonesiar sangat kecil. Lagian pembagian job manggung sangat tidak adil. Beberapa artis AFI seperti Jovita dan Pasya kebanjiran job, sementara yang lain kaga dapat/jarang dapat job. Maklum artisnya sudah kebanyakan. Makanya buat makan aja mereka susah. Temen gw malah sering dijadiin tempat buat minjem duit. Minjemnya bahkan cuma Rp 100.000. Buat makan gitu loh. Mereka ga berani minjem banyak karena takut ga bisa bayar.
Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para orang tua dan anak Indonesia dijanjikan ketenaran dan kekayaan lewat sebuah ajang adu bakat di televisi. Mereka dikontrak ekslusif selama dua tahun oleh Indosiar.. Namun tidak ada jaminan hidup sama sekali. Mereka hanya dibayar kalo ada manggung. Itu pun kecil sekali, dan tidak menentu. Buruh pabrik yang gajinya Rp 900.000 jauh lebih sejahtera daripada mereka.
Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil juga begitu. Kasian orang tua dan anak yang rela antre berjam-jam untuk sebuah penipuan seperti ini. Seorang anak pernah menangis tersedu-sedu saat tidak lolos dalam audisi AFI. Padahal dia beruntung. Kalau dia sampai masuk, bisa dibayangkan betapa dia akan membuat orang tuanya punya utang yang melilit pinggang, yang tidak akan terbayar sampai kontraknya habis. mungkin ada yang tertarik buat ngangkat cerita itu ke media anda? Gw punya nomer kontak mereka. Gaya hidup mereka yang kontras dengan image publik kayanya menarik untuk diangkat. Ini juga penting agar anak-anak dan orang tua di Indonesia kaga tertipu lebih banyak lagi.
JUDI SMS MENGGILAAAA ........
Tiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai acara kontes-kontesan.
Tengok saja misalnya AFI, Indonesian Idol, Penghuni Terakhir, KDI, Putri Cantrik, dsb.
Sejatinya, tujuan dari acara ini bukan mencari bibit penyanyi terbaik.
Acara ini hanya sebagai kedok. Bisnis sebenarnya adalah SMS premium.
Bisnis ini sangat menggiurkan, lagi pula aman dari jeratan hukum -- setidaknya
sampai saat ini. Mari kita hitung. Satu kali kirim SMS biayanya --anggaplah- - Rp 2000.
Uang dua ribu rupiah ini sekitar 60% untuk penyelenggara SMS Center (Satelindo, Telkomsel, dsb).
Sisanya yang 40% untuk "bandar" (penyelenggara) SMS.
Siapa saja bisa jadi bandar, asal punya modal untuk sewa server yang terhubung ke
Internet nonstop 24 jam per hari dan membuat program aplikasinya.
Jika dari satu SMS ini "bandar" mendapat 40% (artinya sekitar Rp 800), maka jika yang mengirimkan sebanyak 5% saja dari total penduduk Indonesia (Coba anda hitung, dari 100 orang kawan anda, berapa yang punya handphone? Saya yakin lebih dari 40%), maka bandar ini bisa meraup uang sebanyak Rp 80.000.000.000 (baca: Delapan puluh milyar rupiah).
Jika hadiah yang diiming-imingkan adalah ? rumah senilai 1 milyar, itu artinya bandar hanya perlu menyisihkan 1,25% dari keuntungan yang diraupnya sebagai "biaya promosi"!
Dan ingat, satu orang biasanya tidak mengirimkan SMS hanya sekali.
Masyarakat diminta mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya agar jagoannya tidak tersisih, dan "siapa tahu" mendapat hadiah.
Kata "siapa tahu" adalah untung-untungan, yang mempertaruhkan pulsa handphone.
Pulsa ini dibeli pakai uang.
Artinya : Kuis SMS adalah 100% judi. Begitu menggiurkannya bisnis ini,
Kondisi ini sudah sangat menyedihkan. Bahkan sangat gawat.Lebih parah daripada zaman Porkas atau SDSB.
Jika dulu, orang untuk bisa berjudi harus mendatangi agen, jika dulu zaman jahiliyah orang berjudi dengan anak panah, sekarang orang bisa berjudi, hanya dengan beberapa ketukan jari di pesawat handphone!
Sedikit balasan dari Moonblade ^^
@Idols: IMO ngutang buat menang itu kesalahan diri sendiri. Karena memang bukan begitu caranya untuk menang! Mestinya kan (mestinya) pemilihan itu purely dari penonton yang suka ataupun nggak. Jadi harusnya ya terima hasil aja di-eliminasi atau nggak. Well, kalo tentang kontrak dua tahun dengan gaji amat rendah, gue setuju bahwa itu emang keterlaluan.
Well, dengan popularitas acara sejenis yang semakin meningkat, kita wajib waspada dengan gejala-gejala ini. Gw jadi inget ama Dangdut Mania Dadakan di TPI...
#2: Selebaran Penipuan di ATM-ATM
What can i say... Semakin lama penipuan gaya baru-tapi-lama ini belakangan semakin marak. Di beberapa ATM yang sering saya datangi, ada setumpuk selebaran yang mengiming-imingi pembaca dengan uang banyak dalam waktu sedikit. Dengan mentransfer uang dalam jumlah kecil, pembaca dijanjikan keuntungan berlipat ganda.
Don't they ever learn? Ini adalah bentuk lain dari arisan piramida, dan hal ini sebenarnya bisa dikategorikan tindak pidana.
Selebaran itu ada karena cara peniuan tersebut bisa berhasil. Tebakan saya, selebaran itu sengaja 'dicurangi' dengan cara menampilkan transfer ke empat rekening berbeda yang sebenarnya dikendalikan oleh satu orang. Dengan begitu, sang penipu bisa menggaruk masuk uang banyak sekali... ini perkiraan saya:
Asumsi:
n = Rp 20.000,-
dalam 1 selebaran ada 4 rekening yang harus disetor
selebaran yang difotokopi dalam 1 siklus oleh tiap orang yang meneruskan selebaran = 20 eksemplar x 5 lokasi = 100 selebaran
selebaran yang 'termakan' oleh orang yang tertipu = 5% per siklus = 5 selebaran (jadi ada 5 orang yang tertipu pada setiap siklus)
ongkos fotokopi per lembar = f = Rp 75,-
satu eksemplar selebaran = 4 lembar
z = Profit
z = ((5 x 4n) + (5 x 5 x 3n) + (5 x 5 x 5 x 2n) + (5 x 5 x 5 x 5 x n)) - (f x 4 x 100)
<=> z = (20n + 75n + 250n + 125n) - 400f
<=> z = 470n - 400f
<=> z = (960 x 20.000) - (400 x 75)
<=> z = 19.200.000 - 30.000 = 19.170.000
Bayangkan, bila dalam 10-20 hari masyarakat memberikan hampir 20 juta rupiah pada seorang penipu... apalagi dalam beberapa selebaran nominal "sumbangan" yang diminta lebih besar. Rugi besar dunia akhirat, apalagi apabila anda ikutan ingin menikmati cipratan kerja keras orang-orang lain di bawah anda. Na'udzubillah min dzalik, pantes negara kita dihantam krisis melulu :P
Maka daripada itu, saya mengajak anda sebagai manusia-manusia yang berpikir untuk tidak tergoda untuk mengikuti atau membuat tindak penipuan yang sama. Bila anda menemui selebaran sejenis itu di ATM sekitar rumah anda, Segera buang semua selebaran ke tempat sampah! Kalau perlu, buang selebaran-selebaran itu ke tempat sampah di luar ATM yang kotor, bau, dan banyak lalatnya, biar ga ada orang tergoda buat memulung dan menirunya :P Sendiri, saya mungkin tak bisa berbuat banyak, tapi bersama, kita bisa :P
Spread the word. End the corruption.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda